Kelas Phaeophyceae
(Makalah
Botani tumbuhan rendah)
Disusun:
Anggita
Eka Pratiwi (1213024005)
Hasmah (1213024027)
Ni
Made Sugiharningsih (1213024045)
Wayan Visca A (1213024071)
Widia Astuti PGW (1213024073)
(kelas A)
PROGRRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TA. 2012/2013
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna yang tersebar di berbagai wilayah negara Kepulauan ini. Keanekaragaman itu diklasifikasikan berdasarkan persamaan morfologi maupun filogenetiknya membentuk suatu system hierarki. Salah satu contohnya adalah sub divisi Algae. Algae termasuk salah satu biota laut yang banyak ditemukan di laut. Algae dikelompokkan ke dalam 7 kelas diantaranya yaitu : Phaeophyceae (ganggang coklat) dan Rhodophyceae (ganggang merah). Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya sedangkan ganggang merah adalah ganggang yang mengandung kloroplas berisi fikoeritrin lebih banyak dibandingkan klorofil. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun maupun akarnya, sehingga untuk mempelajarinya diperlukan berbagai literature yang relevan. Oleh karena itu melalui makalah ini penulis berharap dapat membantu memberikan informasi yag telah diperoleh dari berbagai sumber terkait pembelajaran tumbuhan thallophyta, khususnya untuk kelas Phaeophyceae dan Rhodophycea.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
2 Untuk mengetahui karakteristik dan cara reproduksi sub divisi algae, khususnya pada kelas algae merah dan algae coklat;
3 Untuk mengetahui beberapa contoh spesies dari kelas Phaeophyceae dan Rhodophyceae.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Phaeophyceae
Phaeophyceae adalah ganggang berwarna pirang yang memiliki karakteristik seperti: Memiliki kloroplas yang dibungkus membran berisi klorofil a, karoten, fikosantin, dan santofil. Fikosantin menutupi warna lainnya sehingga menyebabkan ganggang itu terlihat berwarna pirang. Sel-sel nya hanya mempunyai 1 inti dan dua dinding sel, yaitu sebelah dalam berupa selulosa, dan sebelah luar berupa pectin, dan di bawah pectin terdapat algin yaitu senyawa yang menyerupai gelatin berupa garam Ca dari asam alginate pada laminaria. Hasil asimilasi dapat berupa laminarin (50% dari berat kering), manit, minyak dan zat-zat lain.
Kebanyakan Phaeopyceae hidup di air laut dan sedikit di air tawar. Di Laut dan Samudra di daerah iklim sedang dingin, talusnya dapat berukuran sangat besar dan berbeda- beda bentuknya. Ganggang ini termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering sering juga sebagai epifit pada talus ganggang lain, bahkan ada yang hidup sebagai endofit.
Reproduksi aseksual dengan zoospore, sedang seksual dengan anisogami. Zoospora dan gamet mempunyai dua flagel yang heterokon dan terdapat di bagian badannya yang berbentuk buah pear atau sekoci. Pada waktu bergerak flagel yang panjang dan mengikilat menghadap ke muka, sedang yang pendek menghadap ke belakang. Dekat tempat keluarnya flagel terdapat bintik mata berwarna pirang kemerah-merahan dan satu kromatofora berwarana pirang.
(Neni Husnaidah,.2005:67)
Adapun ciri-ciri dari alat gerak phaeophyta, yaitu :
1. Berupa flagel, terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral.
2. Berjumlah 2 yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir.
3. Pada waktu bergerak ada yang panjang, mempunyai rambut-rambut menghadap ke muka dan yang pendek menghadap ke belakang.
4. Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mata yang berwarna kemerah-merahan,
Berdasarkan tipe pergiliran keturunan, terbagi atas :
1. Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh: Ectocarpus
2. Golongan Heterogenerate
Golongan heterogenerate yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologinya.
Contoh: Laminaria
3. Golongan Cyelosporae
Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan. Contoh: Fucus
Phaeophyceae bersifat autotrof fotosintesis, yang terjadi pada setiap helaian daun. Karbohidrat yang dihasilkan ditransportasi ke tangkai yang menyerupai batang.
Cara reproduksi kelas Phaeophyta terbagi atas 2, yaitu :
1. Secara Vegetatif (Aseksual)
a) Fragmentasi
b) Pembentukan Spora, baik zoospora maupun aplanospora
2. Secara Generatif (Seksual)
a. Isogami
b. Anisogami
c. Oogami
Anggota Phaeophyceae meliputi 13 bangsa yaitu : Phaeosporales(Ectophorales), Laminariales, Dictyotales, Fucales, Chordariales, Sporochinales, Desmarestiales, Cutleriales, Sphacelariales, Tilopteridales, Dictysiphonales, Scytosiphonales, Durvillaeales.
(Karmahlia,2012,http://karmahlia.blogspot.com)
2.1.1 Phaesphorales
Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai perawakan seperti Cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya. Ciri-ciri umum phaeosporales yaitu:
a) Suku/familia Ectoporaceae memiliki gametofit = sporofit, sedangkan Cutheriaceae gametofit lebih besar dari spoofitnya.
b) Gametofit bertalus tegak, bercabang-cabang menggarpu, dan berbentuk pita. Sedangkan sporofitnya berupa talus pipih dan kecil seperti cakram, dinamakan aglazonia.
c) Jenis yang termasuk Ectocarpus dan Pleurocladia ada yang berupa epifit pada ganggang yang lain, sporofit dan gametofit.
d) Terdapat pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan gametofit.
e) Reproduksi aseksual dengan zoospora, yang terbentuk dari pembelahan reduksi sporangium. Dalam sporangium yang berbentuk gelembung dan mula-mula hanya mempunyai satu inti saja, kemudian terjadi pembelahan inti dan kromatofor sampai beberapa kali. Dari zoozpora tumbuh gametofit haploid yang berwarna dan berkotak-kotak.
f) Reproduksi seksual dengan isogami atau anisogami. Gametagium bersel banyak. Pada tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat, sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak. Tiap-tiap kotak mengeluarkan satu isogamete. Kopulasi isogamete menghasilkan suatu zigot yang tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi tanpa mengeluarkan sel kembaran, langsung berkecambah menghasilkan tumbuhan diploid. Pada yang tinggi tingkatannya, gamet betina lebih besar dari gamet jantan. (Cutleriaceae).
g) Contoh : Ectocarpus lacustris, Cutleria multifida, Heterochordia abietina
¢ Ectocarpus lacustris
Pada spesies ini gametofit dan sporofit mempunyai habitus yang sama. Ada pula yang sporofitnya hanya pada permulaan perkembangannya saja menyerupai gametofitnya, tetapi kemudian merupakan tumbuhan yang lebih besar serta berlainan bentuknya. Dari sei anatomi mempunyai tingkatan yang lebih tinggi.
(Gembong Tjitrosoepomo, 2005:78-79).
2.1.2 Laminariales
1. Karakteristik
Laminariales adalah salah satu diantara tiga belas ordo dalam divisi Phaeophyta. Ciri-ciri umum dari ordo ini adalah sebagai berikut.
" Habitat umumnya pada lautan beriklim dingin
" Sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran.
" Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran.
" Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran.
" Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik dan bersifat diesius.
" Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
" Manghasilkan asam alginate yang berfungsi sebagai bahan pengental, stabilisator es krim, dan produk susu.
2. Reproduksi
Reproduksi seksual pada Laminariales dilakukan secara oogami. Oogami adalah suatu bentuk perkembangbiakan dimana gamet jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan gamet jantan yang aktif. Laminariales memiliki gametofit yang diesius. Pada Laminariales ditemukan adanya pergiliran keturunan yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid berganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk dan susunan. Gametofit yang dhasilkan tersebut berasal dari zoospore. Gametofit jantan bercabang-cabang lebih banyak, cepat tumbuh dan terdiri atas banyak sel dan pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk. Gametofit betina terdiri atas sel-sel yang besar, tumbuhnya lambat, tidak mempunyai banyak sel dan dalam keadaan luar biasa hanya terdiri atas satu sel berbentuk pipa dan menghasilkan oogonium yang mempunyai satu sel saja. Sel telur yang telanjang tersebut keluar dari ujung oogonium dan tetap melekat pada tempat tersebut. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit selain terdapat sel-sel mandul juga terdapat sporangium yang menghasilkan banyak zoospore dengan dua bulu cambuk.
Ordo laminariales dibagi lagi menjadi beberapa family, antara lain:
a. Familia Chordaceae
Famili Chordaceae hanya memiliki satu genus, yakni genus Chorda. Tubuh Alga yang termasuk dalam genus Chorda tidak memiliki cabang, berbentuk silinder dan dapat mencapai panjang hingga 8 sampai 12 meter. Chorda hidup di perairan dingin Atlantik utara, pasifik utara, laut Arktik dan laut Bering. Contoh spesies dari family ini adalah Chorda filum.
b. Familia Laminariaceae
1. Genus Laminaria
Laminaria ditemukan pada perairan litoral hingga sublitoral hingga pantai karang. Contoh Laminaria saccharina, Laminaria sp.
Laminara Sp
Klasifikasi Laminaria Sp. menurut Bold dan Wynne (1985):
Kingdom : Protista
Divisi : Pheophyta
Class : Phaeophyceae
Ordo : Laminariales
Famili : Laminariaceae
Genus : Laminaria
Spesies : Laminaria Sp.
Laminaria sp memiliki warna yang di dominasi oleh pigmen warna cokelat. Thalus pada spesies ini berbentuk seperti lembaran dan terdapat bintil-bintil (sorus) pada talusnya. Bagian tepi thalus bergerigi. Spesies ini telah memiliki bagian yang berbentuk menyerupai batang, akar, dan daun pada tumbuhan. Laminaria sp berwarna cokelat. Dapat ditemukan di pinggir pantai menempel pada substrat (batu karang), percabangannya dikotom.
Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak di antara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuler dan terkumpul dalam suatu "Sorus" pada permukaan lembaran. Beberapa marga tertentu, sporangianya terletak pada suatu lembaran khusus (sporofit). Gametofit dari Laminariales berupa gilamen yang mikroskopik. Reproduksi Laminaria sp perkembangbiakan seksual bersifat oogamik. Terkenal dengan sebutan palm laut dan merupakan "kelp" yang paling kecil, tumbuh di daerah batas pasang surut di pantai berkarang yang dihadaptkan pada pukulan ombak di Laut. Laminaria sp sangat berperan bagi manusia dijadikan sebagai bahan untuk medis dan kecantikan(Aslan, 1991).
Menurut Stern (2003), dalam kehidupan sehari-hari Laminaria sp. Digunakan sebagai bahan pewarna murni dan ada yang sebagian dimanfaatkan sebagai pewarna pada car sehingga tampak lebih cerah. Dalam dunia ekonomi atau masyarakat Laminaria sp. dimanfaatkan sebagai bahan pokok makanan, sedangkan masyarakat Jepang menggunakannya sebagai bahan pokok sup. Berikut ini contoh siklus hidup dari spesies Laminaria:
2. Genus Hedophyllum
Hedeophyllum memiliki daerah penyebaran dari perairan Alaska hingga utara California. Alga ini hidup melekat pada substrat dengan menggunakan haptera. Contoh Hedophyllum sessile
3. Genus Agarum
Agarum memiliki tulang atau urat median melintang, adanya lubang-lubang pada sisi helaian dan helaian yang tak terbagi membedakan genus ini dengan genus lain dalam family Laminariaceae. Contoh: Agarum cribrosum
4. Genus Costaria
Ciri utama dari Costaria adalah adanya lima buah urat longitudinal pada helaian Alga ini. Contoh Costaria costata
c. Familia Lessoniaceae
Famili Lessoniaceae juga mempunyai sejumlah genus. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Genus Postelsia
Jika dipandang pada tiap-tiap individu, Postelsia memiliki bentuk yang mirip pohon kelapa. Sejumlah besar helaian yang menyatu pada pangkalnya membentuk haptera yang melekatkan Alga ini pada substrat.
Contoh: Postelsia palmaeformis
2. Genus Nereocystis
Nereoscystis memiliki bentuk yang mirip dengan Laminaria ketika muda. Namun, seiring dengan perkembangannya, terjadi pembagian helaian-helaian dan juga modifikasi tangkai (stipe). Tangkai dapat mencapai panjang hingga 25-30 meter serta memiliki pneumokist pada ujungnya. Contoh: Nereocystis luetkeana.
3. Genus Macrocystis
Macrocystis (Macro = besar; kystis=helaian) merupakan Tumbuhan menahun yang memungkinkan adanya regenerasi dari stipes tambahan. Dengan demikian akan muncul sejumlah besar lemabaran-lembaran yang berasal dari lembaran tunggal. Contoh: Macrocystis integrifolia.
d. Familia Alariaceae
Alaria memiliki semacam tulang daun yang menyolok pada tengah lembara- tubuhnya yang memanjang dari pangkal hingga ujung lembaran. Pada perairan dingin, Alaria dapat membentuk lembaran hingga 25 m panjangnya.
Contoh: Alaria esculenta dan Alaria crassifolia
1. Genus Egregia
Tumbuhan muda memiliki kemiripan dengan Alariaceae dimana lembaran terminal dan lateral muncul dar daerah transisi. Lembaran induk kemudian digantikan oleh sejumlah cabang-cabang yang dapat mencapai panjang 8 m. Gametofit dari genus ini sangat tererduksi dimana gametofit betina yang terbentuk dari satu atau dua sel dan gametofit jantannya terbentuk dari dua hingga empat sel vegetative yang menghasilkan sejumlah anteridia. Contoh: Egregia menziesii.
2. Genus Eisenia
Eisenia dewasa memiliki suatu tangkai (stipe) yang tegak lurus, berkayu dan dilekatkan ke substrat oleh sejumlah besar hapterous. Contoh Eisenia arborea.
2.1.3 Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang 1 dan mengeluarkan tetraspora. Perkembangbiakan seksual dengan oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan oogonium trdapat pada tmbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan 1 sel telur. Gamet jantan mempunyai 1 bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya juga ada dua bulu cambuk, tapi yang kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran beraturan, dan keduanya mempunyai thallus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan eropa. Sporofit dan gametofit isomorf. Bangsa dictyotales terdiri atas satu suka saja, yaitu dictyotaceae yang meliputi beberapa jenis, antara lain Dictyota dichotoma, Dictyopteris polypoides, Padina povinia (Gembong Tjitrosoepomo, 2005:84).
2.1.4 Fucales
1. Ciri-ciri Umum
Ciri-ciri umum dari ordo Fucales meliputi :
a. Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar dari daerah tropis hingga daerah dingin
b. Hidup melekat pada bebatuan dengan pelekat berbentuk cakram.
c. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah.
d. Talus bercabang-cabang, bentuknya kaku dan keras seperti kulit.
e. Serta pada ujungnya membesar membentuk konseptakel
f. Tidak mengalami pergiliran keturunan
g. Tidak mengalami perkembangbiakan secara vegetative
h. Perkembangiakan secara generative dengan oogami
2. Reproduksi
Sebagai mana yang telah disebutkan dalam ciri-ciri umum, ordo Fucales tidak memiliki bentuk perkembangbiakan secara vegetative. Adapun perkembangbiakan secara generative dilakukan dengan oogami. Fucales memiliki reseptakel yang terdapat pada ujung cabang-cabang talus. Di dalam reseptakel tersebut terdapat oogonium, anteridium, dan benang-benang mandul (parafisis).
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang yang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Spermatozoid mengandung bahan inti, bintik mata, dan dua bulu cambuk pada kedua sisinya. Biulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambbut yang mengkilat.
Oogonium berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur. Dalam fertilisasi, hanyan sekitar 40% dari sel telur yang dibuahi dan pada tiap 100.000 spermatozoid, hanya 1-2 saja yang dapat melakukan fertilisasi. Zigot yang terbentuk memiliki dinding selulosa dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang baru.
3. Klasifikasi
Sistematika dari ordo Fucales menurut H.C. Bold dan Michael J. Wynne (1985) adalah sebagai berikut:
a. Famili Fucaceae
Famili ini memiliki sejumlah genus, diantaranya yang umum dikenal adalah sebagai berikut.
1. Genus Fucus
Tubuh Fucus memiliki sejenis tangkai lentur yang mana darinya akan muncul sejumlah cabang. Kadang-kadang memiliki sejumlah kantung udara. Contoh Fucus vesiculosus.
2. Genus Ascophyllum
Ascophyllum memiliki lembaran-lembaran tubuh yang linear yang dilekatkan pada substrat oleh suatu lempeng dasar. Cabang-cabang muncul secara dikotomi. Contoh Ascophyllum nodossum
3. Genus Pelvetia
Pelvetia memiliki habitat utama pada perairan di belahan bumi utara. Alga ini berupa tumbuhan menahun yang tahan kekeringan dalam waktu lama. Tubuh utama bercabang-cabang secra dikotomi serta memiliki reseptakel. Alga ini bersifat monoesius.
b. Famili Sargassaceae
Famili ini memiliki satu genus yang umum, yakni Sargassum. Contoh spesiesnya adalah Sargassum filipendula, turbinaria sp.
Klasifikasi Turbinaria ornata menurut Bold dan Wynne (1985):
Kingdom: Protista
Divisi: Phaeophyta
Class: Phaseophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Turbinaria
Spesies : Turbinaria ornata
Turbinaria ornata memiliki struktur thalus agak keras atau kaku, tebal, serta tubuh yang tegak. Thalusnya bulat pada batang dan gepeng pada cabang. Perbedaan dengan jenis lainnya, jenis ini memiliki blade yang umumnya seperti corong dengan pinggir bergerigi. Karakteristik jenis ini adalah pinggir bladeya membentuk bibir dengan bagian tengah blade melengkung ke dalam. Dapat hidup dalam kelompok kecil maupun ada dalam kelompok yang penyebarannya sangat luas. Sebagian besar berwarna cokelat kekuningan tetapi spesies yang kita temukan berwara cokelat tua kehitaman. Turbinaria ornate sudah memiliki bagian seperti tumbuhan tingkat tinggi yaitu memiliki holdfast (bagian menyerupai akar), stipe (bagian menyerupai batang) dan blade (bagian menyerupai daun).
Di Pantai Kondang merak jenis alga ini jarang ditemukan. Pernyebaran umum dari alga jenis ini terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu. Alga ini ditemukan kira-kira 30m dari pinggir pantai. Rhizoid pada Turbinaria ornata akan terlihat menyebar pada permukaan karang di zona intertidal. Alga jenis ini memiliki percabangan dikotom.
Secara morfologi Turbinaria ornata hidup melekat pada batu dan kayu. Dapat juga sebagai spifit pada talus yang lain. Ganggang ini termasuk bentos. Pada umumnya memiliki warna kuning merah, cokelat dan abu-abu serta krem. Pada dinding bagian dalam terdiri atas selulosa dan sebelah luar terdiri atas pektin serta selnya hanya terdiri atas satu sel. Proses perkembangbiakannya secara generatif dengan oogami, tidak ada perkembangbiakan secara vegetatif. Anteridiumnya berupa sel yang mempunyai bentuk corong. Zigotnya membentuk selulosadan pektin, melekat pada substranya serta mampu tumbuh menjadi individu yang diploid. Ganggang ini lebih dominan hidup di air laut, akan tetapi ada beberapa jenis mampu hidup di air tawar (Aqsa, 2010)
Saat ini orang mulai melirik Turbinaria ornata sebagai bahan baku indutri akibat kandungan alginate yang terkandung di dalamnya. Namun sangat disayangkan perkembangan industri pemanfaatan rumput laut di Indonesia belum secanggih negara-negara lainnya sehingga pemanfaatan sumberdaya rumput laut di Indonesia sebagian besar hanya sampai kepada tahap eksport bahan baku. Turbinaria ornata biasanya dieksport ke Filipina dan kemudian akan diolah menjadi beraneka produk di sana (Pical, 2011)
c. Famili Cystoseiraceae
Famili Cystoseiraceae mencakup 16 buah genus yang mirip dengan Sargassaceae, tetapi berbeda dalam hal tidak adanya bagian yang mirip daun pada ujung cabang, Karakateristik yang lain adalah keberadaan suatu sel apical tunggal pada tiap pucuk yang membentuk tiga sisi dalam irisan melintang dan pada tiap oogonium hanya menghasilkan satu sel telur.
Famili ini mencakup beberapa genus, diantaranya adalah Genus Cystoseira. Contoh spesiesnya adalah Cystoseira osmundaceae
d. Famili Homosiraceae
Famili Homosiraceae memiliki satu genus, yakni Hormosira. Homosiraceae memiliki habitat pada perairan di belahan bumi selatan. Alga ini ditemukan di Australia dan Selandia baru yang berbentuk seperti untaian kalung atau tasbih. Ganggang ini dapat berwujud kecil hingga mencapai panjang 1 meter dengan tipe percabangan dikotom. Alga ini bersifat diesius dan pada tiap oogonium menghasilkan empat sel telur.
(Anonim,2011,http://biologymayscience.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar