Kamis, 22 Mei 2014

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN PERMEABILITAS DAN SISTEM TRANSPORT









PERMEABILITAS DAN SISTEM TRANSPORT SEL
(Laporan praktikum Fisiologi Hewan)





Oleh:
Anggita Eka Pratiwi












LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014








HALAMAN PENGESAHAN



Judul Kerja Praktik                 : Permeabilitas dan Sistem Transport Sel

Tanggal Praktikum                  : 28 April 2014
Nama                                       : Anggita Eka Pratiwi
NPM                                       : 1213024005
Jurusan/Program Studi            : Biologi /S1 Biologi
Fakultas                                   : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Kelompok                               : 1 (Satu)

Bandar Lampung, 28 April 2014

Menyetujui,
                                                                        Asisten,




Ayu Nirarai Putri
NPM.  1017021002







II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1  Permeabilitas membran
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel.   Hal ini akan menetukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak.  Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan,dkk. 2011).
Sel-sel hewan dilapisi  oleh membrane yang disebut membrane biologis. Dengan adanya membrane biologis ini maka komposisi dari intraseleler serta organel-organel akan terjaga, sehingga fungsi serta integrasi sel-sel dan jaringan-jaringan dapat berjalan dengan baik.  Sebagai pembatas dan pembentuk ruang, membrane membatasi sitosol (sitoplasma) dan organel-organel lainnya termasuk mitokondria, nucleus, vesikel-vesikel, dan reticulum.  Dapat dikatakan pula bahwa membrane secara aktif akan melakukan melakukan translokasi parrtikel-partikel atau substansi-subtansi tertentu sehingga membentuk kondisi intraseluler sedemikian rupa,” intacellulere miilleu”, sehingga dimungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas metabolism dan sintesis pada sel tersebut.  Membran memiliki ketebalan sekitar 6-12 mm dan terdiri dari lapis ganda (dwilapis) yang terbentuk dari senyawa lipida dan protein (lipoprotein).  Kandungan protein dari setiap membran  tergantung dengan fungsi atau peran dari membrane tersebut (Widiastuti, 2002).
Sifat membran yang memungkinkan pergerakan menyeberangi peregerakan membran disebut permeabilitas.  Lingkungan internal sel harus dijaga sel dengan hati-hati oleh permeabilitas membran sel.  Dalam membran ada sejumlah mekanisme yang dapat memulai atau mempercepat proses transportasi zat.   Proses pasif dalam transport zat melintasi membran salah satunya adalah osmosis. Pada transport jenis ini, air bergerak melintasi membran selektif permeabel dari daerah yang berkadar air tinggi ke daerah yang berkadar air rendah. Molekul air melalui saluran pada protein integral membran. (Jalmo, 2002)






Gambar 1. Struktur Membran Sel
2.2  Fungsi Membran sel
Membran sel berfungsi sebagai barier semipermeabel yang memungkinkan molekul yang berukuran kecil dapat keluar masuk ke dalam sel.  Hasil pengamatan mikroskop elektron terhadap membran sel menunjukkan bahwa membran sel merupakan lipid bilayer (disebut sebagai fluid-mosaic model). Molekul penyusun utama adalah fosfolipid, yang terdiri dari bagian kepala yang polar (hidrofilik) dan dua ekor nonpolar (hidrofobik). Fosfolipid ini tersusun atas bagian nonpolar membentuk daerah hidrofobik yang diapit oleh daerah kepela yang pada bagian dalam dan luar membran (wheeya,2011).

2.3  Faktor permeabilitas
Menurut permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
1.    Ukuran sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma.  Molekul air dan asam amino berukuran kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino tergolong molekul besar dan tidak dapat menembus membrane plasma.
2.    Kelarutan dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma dengan lebih mudah dibandingkan dengan substansi lain.
3.    Muatan ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan membrane plasma akan ditarik kearah membrane plasma sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
4.    Ada / tidaknya molekul pengangkut. (Wulangi,1993)

Lanjutkan Membaca
2.4  Macam-macam transport sel
A.  Osmosis
Pada hakekatnya osmosis adalah proses difusi.  Para ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari tiap-tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial.  Membran sel yang meloloskan molekul tertentu tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara diferensial.  Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.





Gambar 2. Mekanisme Osmosis
Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.  Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).  Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press.  (Wulangi, S. 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis
a.       Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan meresap dengan lebih mudah.
b.      Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
c.        Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
d.         Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis adalah lebih cepat.
e.        Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah (Widyawati,2011)

Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel.  Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua larutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel.  Jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel.  Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis.  Sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis

B.     Difusi
Difusi adalah proses perpindahan molekul atau ion yang berbeda konsentrasinya, yaitu dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah (ketempat yang kekurangan molekul). Faktor-­faktor yang mempengaruhi arah dan laju difusi adalah :
v  Konsentrasi air, air berdifusi dari daerah dengan konsentrasi air tinggi ke daerah dengan konsentrasi air rendah,
v  Suhu, tekanan difusi air meningkat dengan meningkatnya suhu
v  Tekanan, tekanan difusi air meningkat dengan adanya tekanan mekanis.
v   Luas permukaan, Semakin besar luas permukaan membran yang tersedia, semakin cepat lajunya difusi.
v  Jarak Difusi, Semakin besar jarak dimana difusi harus terjadi, lama waktu yang dibutuhkan. Difusi yang melintasi membran plasma hanya membutuhkan beberapa sekian detik, karena cairan membran pneumonia terkumpul dalam paru-paru, cairan tambahan dapat meningkatkan jarak difusi karena oksigen harus bergerak melalui kedua cairan membran untuk mencapai darah.

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion).  Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.  Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.  Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral , tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane (anonim, 2012).
Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi.  Difusi difasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan protein pembawa atau protein transforter.  Protein transporter tergolong protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel.  Setiap molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.







IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.  Tabel 4.1. Data berat dari awal sampai pengulangan ke-3
Kel.
Perlakuan
Berat selang waktu (gram)
Awal
5 menit
10 menit
15 menit
1
Plastik
+ air
11,1
11,1
11,1
11,1

+ gula
12,35
12,4
12,8
12,8

+ garam
14,05
14,1
13,3
14,05
Usus
+ air
3,1
3,1
3,3
3,45

+ gula
3,5
3,9
4,1
4,15

+ garam
2,7
3,1
3,25
3,4
2
Plastik
+ air
11,5
11,6
10,5
9,8

+ gula
12,5
12,6
10,4
10,6

+ garam
13,5
13,3
12,5
11,5
Usus
+ air
2 gr
4
3,2
3,1

+ gula
2,2
3,5
3,2
3,4

+ garam
4,7
4
3,3
3,6


B.     Tabel 4.2. Nilai koefisien osmosis pada usus
No
NILAI KO (g/s)
Air Kran
Gula 25%
Garam 25%
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
1
0
0,0007
0,0005
0,0013
0,0007
0,0002
0,0013
0,0005
0,0005
2
0,0067
-0,0026
-0,0003
0,0043
-0,001
0,0007
-0,0023
-0,0023
0,001
0,0067
-0,0019
0,0002
0,0056
-0,0003
0,0009
-0,001
-0,0018
0,0015
X
0,0034
-0,0001
0,0001
0,0028
-0,00015
0,00045
-0,0005
-0,0009
0,00075






C.     Tabel 4.3. Nilai koefisien osmosis pada plastik es balon
No
NILAI KO (g/s)
AIR KRAN
Gula 25%
Garam 25%
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
1
0,0003
0
0
0,0002
0,0013
0
0,0002
-0,001
0,0008
2
0,0003
-0,0036
-0,0023
0,0003
-0,0073
0,0007
-0,0007
-0,0027
-0,0033
0,0006
-0,0036
-0,0023
0,0005
-0,006
0,0007
-0,0005
-0,0037
-0,0025
X
0,0003
-0,0018
-0,0012
0,00025
-0,003
0,00035
-0,00025
-0,0019
-0,00125


B.  Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa usus merupakan membran selektif permeabel,  yaitu membran yang hanya dapat dilewati senyawa tertentu.  Proses transportasi yang berlangsung pada percobaan ini adalah proses osmosis.  Dalam percobaan ini lingkungan yang digunakan adalah lingkungan hipotonik yaitu air kran sebanyak 500mL yang diletakkan pada gelas ukur.  Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa usus berisi air kran yang diletakkan di lingkungan hipotonik (air kran) mengalami penambahan berat, artinya ada air yang berosmosis masuk ke dalam usus melewati membran.  Pada kelompok 2 juga terjadi peningkatan dari 2gr menjadi 4gr, tetapi kemudian  turun menjadi 3,1gr.  Seharusnya pada keadaan ini berat usus adalah tetap karena konsenrasi pelarut  di dalam sel (usus) dan konsentrasi di  lingkungan adalah sama yaitu isotonik, sehingga tidak terjadi perpindahan pelarut baik dari dalam sel atau dari lingkungan.
Selanjutnya pada usus yang berisi larutan garam 25%, hasil dari kelompok 1 mnunjukkan terjadi penambahan berat yang sangat signifikan.  Hasil yang diperoleh kelompok 1 sesuai dengan teori.  Pada perlakuan ini usus yang berisi larutan garam 25% (hipertonik) diletakkan pada lingkungan hipotonik yaitu air kran.  Sehingga seharusnya air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel akibatnya berat sel bertambah.  Karena pengertian osmosis sendiri meruakan perpindahan zat pelarut dari konsentrasi tinggi (hipotonik) atau encer ke konsentrasi rendah (hipertonik) atau lingkungan yang lebih pekat.  Data dari kelompok 2 menunjukkan bahwa berat usus naik dan turun secara tidak konstan, hal ini kurang sesuai dengan teori osmosis. 
Kemudian pada usus berisi larutan gula 25% yang diletakkan di medium hipotonik yaitu air kran sebanyak 500mL.  Hasil dari kelompok satu menunjukkan bahwa berat usus bertambah dari yang berat awalnya 3,5gr naik menjadi 3,9gr, kemudian menjadi 4,1 dan pada 5 menit terakhir menjadi 4,15gr.   Sedangkan hasil dari kelompok 2 menunjukkan bahwa pada 5 menit pertama berat usus dari 2,2 menjadi 3,5gr. Kemudian di 5 menit kedua turun menjadi 3,2gr dan di menit terakhir naik menjadi 3,6gr.
Beberapa data dari hasil percobaan ini tidak menunjukkan kesesuaian dengan teori.   Seharusnya ketika sebuah sel yang memiliki konsentrasi hipertonik seperti larutan garam 25% dan gula 25% diletakkan pada medium lingkungan yang memiliki konstrasi zat pelarut hipotonik seperti air kran, maka pelarut atau air akan berdifusi menuju ke dalam sel untuk menyimbangkan konsentrasi. Sedangkan ketika lingkungan di dalam sel dan di luar sel adalah isotonik makan tidak akan terjadi perpindahan baik zat terlarut maupun pelarut.
Berdasarkan hasil perhitungan, kecepatan rata-rata osmosis pada usus yang mengandung larutan garam lebih cepat daripada yang mengandung larutan gula 25%. Karena pada dasarnya NaCl memiliki ikatan ionik yang kuat. Senyawa yang memiliki ikatan ionik ketika mendapat substitusi molekul air akan mudah lepas sehingga air lebih mudah untuk berosmosis ke dalam sel. Sedangkan glukosa adalah ikatan kovalen yang membutuhkan pemanasan ekstra  untuk dapt memisahkan ikatannya.  
Kemudian pada percobaan dengan menggunakan plastik es balon, perlakuan yang diberikan adalah sama.  Data dari kedua kelompok menunjukkan bahwa berat plastik berubah, naik dan turun secara tidak konstan.  Kecuali data kelompok satu pada plastik yang berisi air kran.  Berat dari awal hingga 5 menit terkhir adalah tetap yaitu 11,1gr. Seharusnya pada percobaan ini data berat awal hingga 5 menit pengulangan ketiga adalah memang tidak mengalami perubahan baik pada plastik yang berisi air kran, larutan garam 25%, maupun yang berisi larutan gula 25%, karena plastik merupakan membran sintetis yang bersifat non permeable dan tidak memiliki zat tembus.  Membran adalah suatu penghalang yang memisahkan dua lingkungan.  Jika membran non-permeabel, maka dapat dkatakan membran adalah  penghalang dimana obyek tidak memiliki sarana penyeberangan.
Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori mungkin disebabkan karena ketidakcermatan praktikan dalam melakukan penimbangan massa, kurang erat saat pengikatan ujung-ujung plastik es balon dan usus sehingga larutan yang berada di dalamnya dapat keluar atau ada yang dapat menembus masuk lewat ujung-ujungnya.   Hal tersebut juga bisa disebabkan karena kekurang-bersihan praktikan saat membersihkan usus dari kotoran yang ada si dalamnya, sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi si dalam sel.  Dan kemungkinan terakhir yang dapat menyebabkan hasil tidak sesuai dengan teori adalah pada saat usus maupun plastik es balon mencapai waktu 5 meit, maka praktikan akan mengangkatnya dari dalam gelas ukur untuk menimbangnya, tetapi sebelum ditimbang, praktikan terlebih dahulu meletakkanplastik maupun pada tisu, sehingga dapat dimungkinkan larutan yang berada di dalam plastik es balon maupun usus ada yang terlalu banyak meresap keluar sehingga menyebabkan data hasil pengamatan naik dan turun secara tidak konstan.

Proses transportasi yang berlangsung pada percobaan ini adalah osmosis. Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi atau bagian yang lebih encer menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah atau .  bagian yang lebih pekat  melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Selektif permeabel adalah usus ayam, keudian larutan atau lngkungan yang bersifat hipotonik adalah air kran dan lingkunagn yang bersifat hipertonik adalah larutan garam 25% dan larutan gula 25%.

Dalam percobaan ini juga dilakukan perhitungan koeifisien osmosis pada pnegulangan pertama, kedua, dan ketiga baik pada usus maupun pada percobaan dengan plastik es balon. Pada percobaan dengan usus ayam yang berisi air kran nilai koefisien osmosisnya daari KO1 sampai KO3 setelah dirata-rata secara berturut-turut adalah 0,0034, -0,0007, dan -0,0014. Kemudian percobaan dengan usus ayam yang berisi larutan gula 25% nilai koefisien osmosisnya adalh 0,0028, -0,00015, dan 0,00045. Percobaan dengan usus ayam yang berisi larutan garam 25% nilai koefisien osmosisnya adalah -0,0005, -0,0009, dan -0,00015.
Selanjutnya pada percobaan dengan plastik yang berisi air kran nilai koefisien osmosisnya adalah 0,0003, -0,0018, dan -0,0012. Percobaan dengan plastik yang berisi larutan gula 25% nilai koefisien osmosisnya adalah 0,00025, -0,003, dan 0,00035. Yang terakhir yaitu percobaan dengan plastik yang berisi larutan garam 25% nilai koefisien osmosisnya adalah -0,00025, -0,0019, dan -0,0024.
Dapat terlihat bahwa data yang diperoleh menunjukkan bahwa banyak nilai koefisisen osmosis yang menunjukkan hasil negatif, hal ini disebabkan bahwasanya ada data-data yang mengalami naik turun secara tidak konstn sehingga tidak sesuai dengan teori osmosis yang seharusnya. Jika dilihat dai nilai koefisisen sebelum dirata-rata, dapat diketahui bahwa nilai keofisien osmosis pada percobaan dengan menggunakan plastik banyak yang menunjukkan angka 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada zat plarut yang berdifusi atau berosmosis mlewati membran semi atau selektif permeable. Koefisisen osmosis menunjukkan banyaknya air yang berosmosis dalam ukuran gram per satuan waktu dalam ukuran sekon. Seperti yang terlihat pada data percobaab dengan usus pada kelompok 1 bahwasanya nilai KO1 sampai KO3 mengalami penurunan, tetapi KO menunjukkan angka positif seperti KO2 pada ususu yang berisi air kran yaitu 0,0007gr/s, yang artinya terjadi osmosis sebanyak 0,0007gr zat pelarut dalam setipa sekon. Kemudian nilai KO2 dan KO3 data kelompok 1 pada plastik yang berisi air kran menunjukkan angka nol yang artinya tidak terjadi perpndahan zat pelarut atau osmosis, baik dari maupun ke dalam sel.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis antara lain adalah ukuran molekul yang meresap.  Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan meresap dengan lebih mudah. Yang kedua adalah keterlarutan lipid.  Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid., bahan yang lebih larut dalam lipid akan meresap lebih cepat daripada bahan yang mempunyai kelarutan yang rendah.   Yang ketiga yaitu luas permukaan membrane, kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar. Keempat adalah ketebalan membrane, kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis adalah lebih cepat.terakhir yaitu suhu, pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah (Widyawati,2011).

Membahas mengenai permeabilitas dan transportasi maka tidak akan terlepa dari bahasan larutan dimana seperti yang telah kita kenal bahwasanya ada 3 Jenis laruta yaitu isotonik, hipotonik, dan hipertonik..
 
Gambar 3. Larutan Hipotonik, Isotonik, Hipertonik

Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel.  Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air.  Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna.  Larutan – larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik.  Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel.  

Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel.  Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel.  Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi (Anonim,2012).

Selain osmosis juga terdapat sistem transport lain yaitu difusi.  Difusi adalah proses perpindahan molekul atau ion yang berbeda konsentrasinya, yaitu dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah (ketempat yang kekurangan molekul).  Faktor-­faktor yang mempengaruhi arah dan laju difusi adalah : Konsentrasi air, air berdifusi dari daerah dengan konsentrasi air tinggi ke daerah dengan konsentrasi air rendah.  Suhu, tekanan difusi air meningkat dengan meningkatnya suhu.  Tekanan, tekanan difusi air meningkat dengan adanya tekanan mekanis.   Luas permukaan, Semakin besar luas permukaan membran yang tersedia, semakin cepat lajunya difusi.  Terkahir yaitu jarak difusi, Semakin besar jarak dimana difusi harus terjadi, lama waktu yang dibutuhkan. Difusi yang melintasi membran plasma hanya membutuhkan beberapa sekian detik, karena cairan membran pneumonia terkumpul dalam paru-paru, cairan tambahan dapat meningkatkan jarak difusi karena oksigen harus bergerak melalui kedua cairan membran untuk mencapai darah.

Selanjutnya juga ada transpor aktif. Perbedaan utama antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang dikeluarkan sel. Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun untuk memindahkan zat melewati membran sel karena zat berpindah sesuai dengan gradien konsentrasi. Dengan kata lain, difusi dan osmosis terjadi secara spontan. Transpor aktif merupakan mekanisme pemindahan molekul atau zat tertentu melalui membran sel, berlawanan arah dengan gradien konsentrasi. Oleh karena itu, harus ada energi tambahan dari sel yang digunakan untuk membantu perpindahan tersebut. Energi tambahan yang digunakan dalam proses transpor aktif berasal dari ATP yang dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi. Selain itu, pada membran sel terdapat lapisan protein. Salah satu jenis protein yang terdapat di membran sel tersebut adalah protein transpor. Protein transpor mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar sel. Zat yang dipindahkan dengan cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang memiliki ukuran molekul cukup besar sehingga tidak mampu melewati membran sel. Sel mengimbangi tekanan osmosis lingkungannya dengan cara menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul tertentu. Dengan demikian, terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan mengimbangi tekanan osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk bertahan hidup. Pompa natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang banyak ditemukan pada membran sel. Perpindahan molekul ini menggunakan energi ATP untuk mengeluarkan natrium (Na+) keluar sel dan bersama dengan itu memasukkan kalium (K+) ke dalam sel. Perhatikan gambar berikut.





Gambar 4. Proses transpor aktif Na+ dan K+
Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat pada suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu untuk dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal ini merangsang membran sel untuk kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+ dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.
Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel. Membran sel membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan “memakan” benda yang akan dipindahkan ke dalam sel.  Di dalam sel, benda tersebut dilapisi oleh sebagian membran sel yang terlepas membentuk selubung.  Proses makan pada Amoeba adalah contoh mudah untuk menggambarkan proses endositosis. Endositosis membran sel pada Amoeba, akan membentuk vakuola.  Pada vakuola ini, tempat makanan dicerna, diserap, dan dikeluarkan sisa-sisa.


Gambar 5.  Proses fagositosis pada Amoeba.

Terdapat tiga bentuk endositosis, yaitu fagositosis, pinositosis, dan endositosis dengan bantuan reseptor. Proses makan pada Amoeba merupakan contoh fagositosis. Pada proses fagositosis, benda yang dimasukkan ke dalam sel berupa zat atau molekul padat. Adapun pada pinositosis berupa zat cair. Berbeda dengan fagositosis dan pinositosis, pada endositosis dengan bantuan reseptor hanya menerima molekul yang sangat spesifik. Di dalam lekukan membran plasma terdapat reseptor protein yang akan berikatan dengan protein molekul yang akan diterima sel.



Gambar 6.  Proses endositosis dengan bantuan reseptor
Proses Amoeba mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya adalah satu contoh eksositosis.  Vakuola atau selubung membran melingkupi sisa zat makanan yang sudah dicerna. Kemudian, bergabung kembali dengan membran sel dan sisa zat makanan untuk di buang keluar sel. Jadi, eksositosis adalah proses mengeluarkan benda dari dalam sel ke luar sel. Membran yang menyelubungi sel tersebut akan bersatu atau berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah salah satu mekanisme yang digunakan sel-sel kelenjar untuk menyekresikan hasil metabolisme. Misalnya, sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim ke saluran pankreas yang bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan enzim dari dalam sel menggunakan mekanisme eksositosis.







DAFTAR PUSTAKA

Adnan,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim.2012. Larutan hipotonik. Diunduh dari http://mster-al.blogspot.com/. Pada tanggal 03 Mei 2014. Pukul 22.09 WIB
Jalmo,Tri, Arwin Achmad.2002.Biologi Umum. UNILA.Bandarlampung
Wheeya.2012. Osmosis. Diunduh dari http:// wheeya.blogspot.com. Pada tanggal 01 Mei 2014. Pukul:22.25 WIB
Widiastuti,Endang linirin.2002.Fisiologi Hewan1.UNILA.Bandarlampung.
Widyawati.2011.Osmosis. diunduh dari http://widyawati-fistum.blogspot.com/. Pada tanggal 03 Mei 2014. Pukul 22.12 WIB.
Wulangi, S. 1993. Prinsip-Prinsip  Fisiologi Hewan. Depdikbud.Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar